Type to search

Parenting Story

Kisah Renungan untuk Orangtua yang Sering Menakut- nakuti Anak

Kisah renungan untuk orangtua yang sering menakut- nakuti anak

Dalam tumbuh kembangnya, setiap anak pasti pernah melalui fase dimana mereka sulit untuk dikendalikan dan tidak mau mendengarkan orangtuanya. Ada berbagai trik yang sering orangtua gunakan untuk mengatasi masalah tersebut. Salah satunya adalah dengan menakut- nakuti anak.

Meski sering dilakukan dengan dalih untuk kebaika, menakuti anak bisa menimbulkan efek traumatis di masa depan. Saat terlahir, anak tidak mempunyai rasa takut pada apapun. Baru setelah orangtua menakuti ini dan itu, rasa takut pada anak mulai tumbuh dan mempengaruhi psikisnya.

Ada kisah dimana seorang ibu yang sangat menyayangi putranya merasa gelisah dengan anaknya yang sulit dinasehati untuk tidak bermain di malam hari. Rasa gelisahnya ini mendorongnya untuk menakut- nakuti anak agar menjadi lebih penurut.

“Nak, kalau matahari sudah tidak bersinar lagi, jangan keluar rumah ya. Karena saat gelap seperti itulah roh jahat mulai bermunculan. Ada yang disebut kuntilanak, genderuwo, dan lain-lain. Pokoknya mahkluk jelek, hitam, dan jahat. Maka belajar baik-baik di dalam rumah saja ya, terutama malam hari, oke?” kata sang ibu.

Melalui nasehat itu, rasa takut sudah ditanamkan oleh orangtua sejak si anak kecil.

Saat sang anak tumbuh remaja, ia tumbuh menjadi pemuda yang penakut dan pengecut. Ia sering takut secara berlebihan pada sebuah hal dan itu sering terbawa ke dalam mimpinya. Tidak jarang, saat tidur ia terbangun dan berteriak histeris serta menggigil penuh ketakutan.

Tanpa menyadari bahwa ini akibat rasa takut yang ditanamkan sejak kecil, orangtua menjadi cemas dengan perkembangan jiwa si anak. Berbagai nasehat bernada menghibur yang disampaikan orangtua kepada anak kemudian menjadi tak bermanfaat sama sekali. Di benak sang anak sudah terlanjur membekas hal- hal menakutkan itu.

Mendengar kondisi cucunya yang sering histeris tersebut, sang kakek meluangkan untuk menengoknya. Setelah berpikir dengan seksama, si kakek memutuskan untuk mengajak cucunya berjalan- jalan ke pasar malam bersama dengan beberapa orang tetangga dan teman si cucu.

Sampai di pasar malam, mereka bersenang- senang. Si cucu terlihat sangat senang bermain dan menikmati berbagai pertunjukan malam bersama teman- temannya. Usia puas dan lelah bermain, mereka berjalan kaki untuk pulang ke rumah.

Sampai di rumah, sang kakek lanjut berbincang santai dengan cucunya. Obrolan yang awalnya ringan, kemudian mengarah ke obrolan yang lebih serius. Sang kakek mengerti bahwa ada pola pikir salah yang sudah tertanam di benaknya sejak kecil.

Sang kakek pun mulai memberikan nasehat- nasehat terbaiknya untuk menenangkan sang cucu.

“Cucuku, terang dan gelap adalah sifat alam. Tidak ada hubungannya dengan roh gentayangan dan kejahatan. Sudah kita buktikan sendiri, kan? Bukankah sepanjang jalan dalam kegelapan tadi tidak ada satu pun roh jahat yang mengganggu? Ketahuilah, roh jahat hanya ada di pikiran kamu sendiri. Usir dia dari pikiranmu, maka tidak akan ada yang namanya roh jahat di muka bumi ini. Kakek yang sudah setua ini telah membuktikan sendiri. Ketakutan hanya ada di pikiran kita. Gunakan pikiranmu untuk hal-hal yang baik, maka engkau akan membuat segalanya menjadi baik, indah, dan membahagiakan. “

Secara perlahan sang kakek mencoba menetralisir pikiran negatif itu dari sang cucu. Butuh waktu yang tidak sebentar karena itu bukan hal mudah. Meski begitu, usaha sang kakek tidak sia- sia. Mentalitas sang cucu kini telah membaik dan ia tumbuh menjadi anak pemberani dan lebih positif.

 

Tags: